Senin, 04 Maret 2019

Sajak

Purnama Kelam

Kenanglah aku wahai purnama kelam
Kesan datangmu telah hilang bersama resah-resah semalam
Kakimu pergi entah kemana ditelan awan
Bersih dan kelam
Oh purnama, 
Masihkah rada-rada iba ini kau dengar 
Menyala laksana api tak kunjung pudar
Langkahmu begitu panjang tak berakar
Purnamaku hilang,
Berhentilah sejenak wahai purnama kelam
Menyisihkan asa dibalik remang-remang malam
Hempasan gelombang rindu serasa erat menyapa rintik-rintik hujan yang dititipkan awan
Diamlah sedetik saja wahai purnama kelam
Aku masih ingin menatap elok rupamu yang jauh dibalik hitam-hitam
Menyulutkan rasa dan bukan padam
Kau boleh beranjak dari jerat-jerat gelisah semalam
Lalu kenanglah aku wahai purnama kelam

Minggu, 03 Maret 2019

Dengarlah...
Sejumput bisikan-bisikan halus dari dunia binasa
Menyebut pulang ke negeri tak berbuah
Hati cemas bersama berang-berang panas
Lihat...
Secangkir rindu masih terbersit tak bersisa
Masih menghias kelam dibalik hari-hari memudar
Maafkan langkah ini...
Bukan menuai dibalik inginmu
Derap-derap langkah ini terayun tak berhenti
Tidak menjauh dari aroma-aroma cintamu
Bukan sengaja menuang panas dari air amarahmu
Dilahirkan adalah tuah bagiku
Dibuaimu terayun indah masih tak lekang diingatanku
Maafkan fikiran ini...
Tak henti ingin masuk ke rongga-rongga hidup baru

Jumat, 01 Maret 2019

      Rindu untukmu

Rindu...
Selaksa rasa menikam jiwa
Memecah habis rasa yang tersisa
Bersama rindu...
Ku genggam erat ucapan-ucapan yang pernah terlontar dari bibirmu
Bukan hangus ditelan masa
Tidak kering diterpa panas amarah
Untuk bersama kenangan saja
Aku perlu memikul ingatan-ingatan tanpa sengaja
Yang sering kau hempas dari setiap bisik-bisik angin rindu untukmu
Rindukah aku?
Ya.
Melayang memukul api cinta yang tak pernah padam
Oh, terlalu berat
Rindu untukmu

               Sepi
Mengapa begitu benci pada sepi?
Bukankah kau sendiri yang menciptakannya?
Seribu lontaran kata kau campakkan
Masih kau ingat sepi itu
Sepi, bukan titik masalah
Bukan kelemahan
Namun sepi adalah kekuatan dan keberhasilan
Sepi bukan menghancurkan
Bersama sepi harus kau fikirkan kesempatan
Jangan jadi penakut
Karena sepi takkan mengecewakan jika kekecewaan tidak dibawa dalam kesepian

Kamis, 03 April 2014

Dibelokan Itu, Dia Memandangku
 
pada pohon metafora cinta yang tak pula berbuah
hingga daun cinta menepis embun ditepian luka
musim menyerap rasa dan mengalun ritmis
yang berlalu kepenghujung
tetesan-tetesan embun menimpa
dan menyayat jazirah luka terbakar
dipenghujung cinta berbekal senyum
ku nanti dan kau beri
bersama pohon cinta dibelokan senja
 yang mereda dalam tatapan
berlinang kisah cinta tentang kita berdendang indah
merujuk kehausan diperjalanan pulang
hingga tiba dibelokan itu,
dia memandangku
mengucapkan lewat pandangan
berpadu esok lagi


Aku Mengenangmu Bersama Malamku

malam bergulir dalam remang
mengikuti arah tahun-tahun yang beku
jangkrik menyela membunuh keheningan
ingatan untukmu,
bermimpilah,
aku mengenangmu bersama malam
setapak demi setapak
mengucap senyummu yang rekah cukup indah
jajaran-jajaran airmata dipelupuk ku seka
mengikuti arah jatuh
aku senang,
melihat tawa dalam tangisan lukaku
yang adalah tangismu
bibirmu bagai hujan yang membasahi
tanah-tanah kering hatiku
hingga ada tempat aku terjatuh
diapi tubuhmu
bermimpikah aku.?
bukan
aku mengenangmu bersama malam
berbajuzirahkan kegelapan dan kesayuan....

Sabtu, 08 Februari 2014

ZAPIN BERLABUH


Sampan berlabuh pada selat cinta yang luas
mengajuk kebahagiaan ditanah kelahiran ini
menunggu nyanyian kokoh
dengan kalimat-kalimat baku
pada buku-buku amanah
pada sayap cinta
yang sempoyongan menggapai hati yang resah
mungkin jiwa ini belum sempurna 
memnbentuk purnama dipantai malam 

 mungkin kaki ini berisi penderitaan 
untuk mendendangkan, melangkah,
mengalunkan zapin melayu
Tapi begitu erat tanah kelahiran ini
memegang dan menghempas penderitaan
Tampak pasir dipantai 
berlonjak dari seribu kebahagiaan
hingga zapin kini berlabuh
oleh gambus dan marwas
menepati janji diatas kertas putih